Posts

Showing posts from November, 2014

Importance of Geoid Offset In Orthorectification

Image
Orthorektifikasi melibatkan citra satelit, DEM dan data GPS sebagai titik ikat. Dilihat dari karakteristik elevasinya, DEM biasanya menggunakan tinggi orthometrik, sedangkan GPS dan RPC coefficient dari citra menggunakan tinggi ellipsoid. Proses orthorektifikasi secara langsung tanpa mempertimbangkan perbedaan elevasi antara tinggi ellipsoid dan tinggi orthometrik (geoid) akan mengakibatkan kesalahan dalam orthorektfikasi (walaupun GCP dan DEM-nya akurat/presisi). Contoh perbedaan Orthorektifikasi dengan koreksi geoid dan tanpa koreksi geoid dapat dilihat di gambar di bawah ( Orthorektifikasi dilakukan di ENVI 5.1 menggunakan DEM TERRASAR-X Resolusi 8 meter tanpa GCP, verifikasi akurasi kualitatif menggunakan RBI skala 25000 ). Citra Orb-View 3 Panchromatic ( 1 meter) Level BASIC ENHANCED (RPC file Attached)   Ortho tanpa koreksi Geoid Ortho dengan koreksi Geoid Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa koreksi geoid akan meningkatkan akurasi hasil orthorektifikasi. H

Power Of Phyton Scripting In ArcGIS ( Useful Codes)

Some Useful Phyton Codes For Batch Geoprocessing Batch Clip Geoprocessing Tool import arcpy import os # The workspace environment needs to be set before ListFeatureClasses # to identify which workspace the list will be based on arcpy.env.workspace = "c:/data" out_workspace = "c:/data/results/" clip_features = "c:/data/testarea/boundary.shp" # Loop through a list of feature classes in the workspace for fc in arcpy.ListFeatureClasses(): # Set the output name to be the same as the input name, and # locate in the 'out_workspace' workspace # output = os.path.join(out_workspace, fc) # Clip each input feature class in the list # arcpy.Clip_analysis(fc, clip_features, output, 0.1) Batch Save Layer In MXD # import Phyton Geoprocessing Module import arcpy # set up MXD location mxd = arcpy.mapping.MapDocument("E:\PII_Aceh2014\PII_Aceh2014\PETA INFRASTRUKTUR INDONESIA\ALBUM PETA\A3\Kabupaten\ACEHTAMIANG_201

Multiuser Geodatabase Management chapter 2 (Multiuser Geodatabase Editing Behavior)

Image
Editing workflows pada multiuser/SDE geodatabase pada dasarnya ada dua jenis, yaitu NonVersioned dan Versioned editing. Non versioned editing merupakan worflow editing dimana perubahan atas data langsung disimpan di business table/atribut feature class. Workflow ini mirip mekanisme transaksi database pada umumnya. Perubahan pada data menggunakan skema non versioned langsung dapat dilihat oleh semua user yang mempunyai privileges untuk mengakses data tersebut. Sedangkan Versioned editing adalah workflow editing terisolasi, dimana seluruh perubahan yang dilakukan oleh seorang user tidak langsung disimpan ke dalam data, tetapi disimpan dalam sebuah delta table untuk direview sebelum data disimpan ke business table. Selain itu ada juga jenis Versioned editing yang memungkinkan untuk perubahan langsung disimpan di business table/atribut, workflow ini disebut workflow hybrid. Versioned/Non versioned editing hanya bisa dilakukan di level feature class dan feature dataset yang berisi data ve

Multiuser Geodatabase Management, Theoretical Practices, ( only for Advanced ArcGIS user, :p )

Image
Manajemen multiuser geodatabase dalam sebuah sistem pekerjaan yang melibatkan data geospasial di lebih dari satu pengguna idealnya mengikuti workflow seperti gambar di bawah. Sumber gambar : ESRI 1. Create  Pembuatan geodabatase dalam lingkungan multiuser idealnya menggunakan SDE Geodatabase (bukan file atau personal geodatabase). Hal ini dikarenakan SDE geodatabase sudah mendukung akses dari lebih dari satu pengguna. SDE geodatabase tidak menggunakan format penyimpanan seperti file atau personal geodatabase tapi menggunakan RDBMS (relational database management system). Adanya RDBMS memungkinkan untuk dilakukan manajemen akses dan pengelolaan data, seperti misalnya siapa saja yang bisa mengakses data, bagaimana strategi pengamanan basis data, bagaimana metode input dan updating data, dll. DBMS yang sudah mendukung geodatabase antara lain Oracle, Microsoft SQL Server, Postgre SQL, dan ALTIBASE.  Hal penting yang harus dipertimbangkan dalam tahap ini antara lain

Download Data DEM resolusi tinggi dari Portal INA-SDI

Image
Tanpa banyak basa basi, here are the steps 1. Buka ArcMap, kemudian Munculkan window catalog, lihat di bagian bawah di bagian GIS Server. Klik Add ArcGIS Server. 2.  Pilih Use GIS Services, kemudian masukkan URL seperti gambar di bawah. 3. Setelah Connect tampilan akan seperti di bawah, browse Folder DEM, ada beberapa DEM dalam bentuk Image Service yang tersedia. Untuk mendownload, cukup drag and drop layer DEM ke View ArcMap. Download bisa dilakukan dengan cara klik kanan nama layer kemudian klik Export Data.   4. Last Note, jangan senang dulu, BIG telah membatasi ukuran data yang bisa didownload dalam setiap sesi download, jadi jangan serakah, ambil data seperlunya saja, kalau butuh wilayah yang luas ya harus tekun mengunduh tile per tile. Bersyukur saja karena pemerintah telah mengusahakan data kualitas tinggi secara gratis. 

Power Of Phyton Scripting In ArcGIS (Example 2, Phyton As Batch Geoprocessor)

Pekerjaan GIS sebagian besar adalah pekerjaan berulang. Dalam artian, prosesnya selalu berkisar di dalam kerangka sistem (input - proses - output). Pekerjaan perulangan ini sering memakan waktu yang tidak sedikit, terlebih jika melibatkan data dalam jumlah banyak. Oleh karena itu cara - cara untuk mempersingkat pemrosesan selalu dicari oleh banyak pengguna GIS. Alhasil di dalam sebuah software GIS fungsi "batch processing" atau pemrosesan banyak data dalam sekali eksekusi merupakan hal yang esensial. Di dalam ArcGIS, fungsi batch dapat dilakukan setidaknya melalui empat cara. Pertama, batch grid geoprocessor yang dieksekusi dari ArcToolbox, kedua, Model Builder, ketiga, ArcObject Scripting, dan keempat Phyton Scripting. Dari aspek efisiensi kerja, scripting (ArcObject maupun Phyton) jelas lebih efisien daripada Batching toolbox dan pembuatan model. Alasannya, yang pertama reusable ( batch geoprocessor nature-nya tidak reusable, kecuali anda menyimpan log geoprocessing untuk

Extracting Original Data from ArcGIS Server REST Dynamic Map Services Using Quantum GIS

Image
Para pengguna ArcGIS Server tentu sudah sangat paham dengan yang namanya REST Map Services. REST (representation state transfer) Map services merupakan format distribusi data spasial via Web yang digunakan ESRI untuk mendukung diseminasi data spasial via web. Map services menggunakan REST protocol dapat digenerate dan dihosting menggunakan perangkat lunak ArcGIS server. Bentuk umum REST mirip dengan OGC WMS, dimana client akan me-request data spasial kepada server yang akan di-return oleh server dalam bentuk gambar peta dan beberapa atribut yang diperlukan. Layanan REST dapat diakses dengan memasukkan URL tertentu disertai serangkaian tag query untuk memanggil data. Katalog REST URL dapat diakses dari REST Service directory. Contoh REST Service directory yang dapat diakses publik milik Kementerian/Lembaga/Instansi antara lain : 1. Kementerian PU 2. BIG 3. INA-SDI 4. BNPB 5. Kementerian Pertanian 6. Kementerian Kehutanan 7. Kementerian Perhubungan,, 8. dan masih banyak lagi ins

SDE Geodatabase Archiving

Image
SDE geodatabase mempunyai fitur pengarsipan yang dapat digunakan untuk mengarsipkan dan membackup data dari waktu ke waktu. Here are the steps (testing dilakukan menggunakan DBMS Microsoft SQL server dan PostgreSQL) 1. SDE geodatabase harus dalam kondisi versioned dan Archive enabled (Proses enabling archive hanya dapat dilakukan oleh user yang mempunyai role minimal database administrator) 2. Lakukan multiuser/multiclient editing sampai waktu tertentu (harian, mingguan, bulanan dst) 3. Pada waktu akan dilakukan pengarsipan, lakukan disabling archive (lihat gambar diatas), akan muncul pilihan untuk menghapus delta table/archive feature class atau tidak (lihat gambar di bawah), pilih No, atau No to All. DBMS akan membuat delta table/archive feature class menjadi normal feature class dengan tambahan nama _h, _h1 _h2 dst. 4. Rename data archive tersebut, atau pindahkan ke storage yg aman, Tanggal pengarsipan dapat dilihat di data atribut dari feature class hasil archiv

ArcGIS 10.2 dan PostgreSQL

Berikut ini cara koneksi arcgis ke postgreSQL agar kita bisa membuat SDE geodatabase di DBMS PostgreSQL 1. tentu saja install arcgis dan postgreSQL-nya (you can find how to do it somewhere over the internet) 2. Cari ST_geometry.dll di lokasi instalasi arcgis.  The default location for  ArcGIS for Desktop  on 64-bit Windows operating systems is C:\Program Files(x86)\ArcGIS\Desktop<release#>\DatabaseSupport\PostgreSQL\Windows64; on 32-bit Windows operating systems, it is C:\Program Files\ArcGIS\Desktop<release#>\DatabaseSupport\PostgreSQL\Windows64. 3. Copy file tersebut ke Postgre lib directory, contoh :  C:\Program Files\PostgreSQL\9.0\lib 4. Agar bisa melakukan koneksi dari client, anda memerlukan beberapa file, untuk O.S windows dan client arcgis desktop, lib yg diperlukan adalah  libeay32.dll, libiconv-2.dll, libintl-8.dll, libpq.dll, and ssleay32.dll, sedangkan untuk client arcgis server 64 bit, lib yg dibutuhkan adalah :  libeay32.dll, libintl.dll, libpq.dll, a