Perbedaan SRTM C-Band DEM dan SRTM X-Band DEM
Saya tidak tahu apakah sudah banyak orang yang mengetahui apa tidak, tapi saya baru tahu belakangan ini bahwa DEM dari data SRTM itu ada dua versi. Bukan dua versi resolusi spasial (30 meter dan 90 meter) yang saya maksud, tetapi dari dua sensor SAR yang berbeda.
Sebagaimana yang kita ketahui, SRTM adalah misi pemetaan topografi global menggunakan two pass interferometry along track menggunakan wahana pesawat ulang alik yang dipasangi sensor Radar SAR. Misi ini dilaksanakan tahun 2000 dan menghasilkan data DEM dengan resolusi 90 meter dan 30 meter untuk seluruh dunia (kecuali daerah dekat lintang tinggi).
Misi SRTM dilaksanakan setelah misi pendahuluan sukses dilaksanakan tahun 1994 (misi SIR-C/X-SAR). Hanya misi tahun 1994 tidak dilaksanakan dalam konfigurasi interferometri, sehingga tidak dapat menghasilkan data DEM.
Nah misi SRTM tahun 2000 menggunakan sensor dan wahana yang sama dengan misi tahun 1994, sehingga dalam misi ini terdapat dua sensor SAR, satu sensor beroperasi di C-Band dengan panjang gelombang 5,3 cm, dan satu sensor beroperasi pada X-Band dengan panjang gelombang 3 cm. Dan dari dua sensor yang berbeda tersebut, keduanya dapat diproses secara interferometris untuk menghasilkan DEM.
Pengolahan data DEM dari Sensor SIR-C (C-Band) menjadi tanggung jawab NASA JPL dan datanya didistribusikan melalui USGS dan JPL (DEM SRTM yang umum kita pakai sekarang ini)
Sementara pengolahan dan distribusi DEM dari Sensor X-SAR menjadi tanggung jawab LAPAN-nya Jerman yaitu, DLR
Keduanya diproses pada resolusi yang sama, yaitu 30 meter.
Nah, karena menggunakan sensor yang berbeda panjang gelombangnya, maka hasil DEM-nya pasti sedikit lain. X-band panjang gelombangnya lebih pendek, sehingga kemampuan menembus vegetasi lebih rendah daripada C-Band. Dengan demikian, maka DEM dari X-band lebih peka dengan elevasi penutup lahan (DSM = digital surface model) daripada DEM dari C-Band. Saya sudah mencoba untuk melihat perbedaan antara keduanya yang saya lampirkan di gambar di bawah ini.
Secara visual, perbedaannya cukup terlihat dimana DEM dari X-Band lebih DSM dari pada DEM dari C-Band.
Dan apabila terdapat satelit SAR yang beroperasi di P-Band, maka data DTM global akan dapat dikembangkan pada resolusi tinggi, karena P-Band dapat menembus kanopi vegetasi. Selain itu adanya P-Band SAR melalui wahana satelit juga akan membantu dalam perhitungan stok karbon dan biomassa secara global. Kita tunggu saja.
Btw,
Data DEM SRTM C-Band dapat diunduh di USGS EarthExplorer
Data DEM SRTM X-Band dapat diunduh di DLR EOWEB
Semoga dapat menambah pengetahuan (bagi yang belum tahu),
Cheers.
Contoh pembuatan DEM secara interferometri menggunakan Sentinel-1 dan ESA SNAP
Sebagaimana yang kita ketahui, SRTM adalah misi pemetaan topografi global menggunakan two pass interferometry along track menggunakan wahana pesawat ulang alik yang dipasangi sensor Radar SAR. Misi ini dilaksanakan tahun 2000 dan menghasilkan data DEM dengan resolusi 90 meter dan 30 meter untuk seluruh dunia (kecuali daerah dekat lintang tinggi).
Misi SRTM dilaksanakan setelah misi pendahuluan sukses dilaksanakan tahun 1994 (misi SIR-C/X-SAR). Hanya misi tahun 1994 tidak dilaksanakan dalam konfigurasi interferometri, sehingga tidak dapat menghasilkan data DEM.
Nah misi SRTM tahun 2000 menggunakan sensor dan wahana yang sama dengan misi tahun 1994, sehingga dalam misi ini terdapat dua sensor SAR, satu sensor beroperasi di C-Band dengan panjang gelombang 5,3 cm, dan satu sensor beroperasi pada X-Band dengan panjang gelombang 3 cm. Dan dari dua sensor yang berbeda tersebut, keduanya dapat diproses secara interferometris untuk menghasilkan DEM.
Pengolahan data DEM dari Sensor SIR-C (C-Band) menjadi tanggung jawab NASA JPL dan datanya didistribusikan melalui USGS dan JPL (DEM SRTM yang umum kita pakai sekarang ini)
Sementara pengolahan dan distribusi DEM dari Sensor X-SAR menjadi tanggung jawab LAPAN-nya Jerman yaitu, DLR
Keduanya diproses pada resolusi yang sama, yaitu 30 meter.
Nah, karena menggunakan sensor yang berbeda panjang gelombangnya, maka hasil DEM-nya pasti sedikit lain. X-band panjang gelombangnya lebih pendek, sehingga kemampuan menembus vegetasi lebih rendah daripada C-Band. Dengan demikian, maka DEM dari X-band lebih peka dengan elevasi penutup lahan (DSM = digital surface model) daripada DEM dari C-Band. Saya sudah mencoba untuk melihat perbedaan antara keduanya yang saya lampirkan di gambar di bawah ini.
Secara visual, perbedaannya cukup terlihat dimana DEM dari X-Band lebih DSM dari pada DEM dari C-Band.
Dan apabila terdapat satelit SAR yang beroperasi di P-Band, maka data DTM global akan dapat dikembangkan pada resolusi tinggi, karena P-Band dapat menembus kanopi vegetasi. Selain itu adanya P-Band SAR melalui wahana satelit juga akan membantu dalam perhitungan stok karbon dan biomassa secara global. Kita tunggu saja.
Btw,
Data DEM SRTM C-Band dapat diunduh di USGS EarthExplorer
Data DEM SRTM X-Band dapat diunduh di DLR EOWEB
Semoga dapat menambah pengetahuan (bagi yang belum tahu),
Cheers.
Contoh pembuatan DEM secara interferometri menggunakan Sentinel-1 dan ESA SNAP
Comments
Post a Comment