Aplikasi Linear Referencing untuk Pemetaan Berbasis Jarak ( Transkrip Kulgram di Grup Telegram GIS.ID 1 Mei 2019 )
Selamat sore teman – teman GIS.ID, sudah
agak lama ya ga ada kulgram, kali ini saya berbagi sedikit materi GIS, dengan
topik aplikasi linear referencing untuk pemetaan berbasis jarak.
Saya nggak akan banyak menguraikan
dasar teoritis linear referencing, otak saya nggak nyampe, yang penting tahu
cara makainya, kelebihan, kekurangan dan asumsi yang mendasari.
Sebelumnya, perlu untuk kita
review kembali, bahwa dimensi data spasial itu kan sebenarnya ada empat ya, X,
Y, Z dan terakhir dan paling jarang disentuh adalah M alias Measurement.
Nah linear referencing
memanfaatkan dimensi M ini untuk geospatial problem solving. Secara spesifik
linear referencing system (LRS) bekerja untuk topology data Polyline dengan
Events layer dapat berupa point atau line. Dan sebagaimana dimensi Z, Unit
untuk dimensi M ini sangat fleksibel, bisa jarak (geodesic/cartesian), waktu,
biaya/cost, energi, dan lain lain.
Linear referencing, Namanya juga
linear, prinsip dasarnya adalah melakukan akumulasi secara linear disepanjang
satu atau lebih segmen garis dari satu nilai tertentu ke nilai tertentu (range).
Well sebenarnya tidak hanya akumulasi secara linear melalui fungsi penambahan,
tetapi juga perkalian dan eksponensial.
Biar enggak bingung, kita langsung
saja masuk ke contoh kasusnya ya, jadi untuk contoh kasus kulgram ini, saya
akan memetakan lokasi stasiun kereta api yang sudah non
aktif/hilang/terkonversi ke bangunan lain di Jalur Kereta Api Non Aktif Cirebon
– Kadipaten (salah satu kecamatan di Majalengka).
Jalur kereta ini dibangun oleh
maskapal Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij sekitar tahun 1901 sebagai
moda transportasi orang dan juga produk Pabrik Gula di sekitar Cirebon dan
Majalengka (ada sekitar 5-6 pabrik di Gempol, Kadipaten, Jatiwangi, Plumbon dan
Palimanan), sayangnya semua pabrik itu sudah ludes ndak bersisa. Jalur kereta
api ini merupakan jalur tram (traamweg) karena lokasinya bersisian dengan jalan
raya, dan masih aktif sampai awal tahun 1970-an (jalur ditutup karena kalah
bersaing dengan transportasi roda karet). Dan sekarang kondisinya jalurnya
sudah banyak terpendam tanah akibat pelebaran jalan, dan stasiun-stasiunnya
sudah hilang tidak bersisa.
Untuk modal analisis, saya menggunakan
dua data, pertama adalah trase jalur kereta apinya yang saya interpretasi ulang
(digitasi) di aplikasi Google MyMaps, dan kedua, Tabel jarak antar stasiun yang
dipublikasikan PERUMKA/DEPHUB Tahun 2004. Berikut ini screenshot peta hasil
digitasi di google mymaps, Peta referensi trase, dan table jarak.
Yang akan saya lakukan adalah ploting
lokasi stasiun hanya menggunakan informasi jarak pada table, dengan
memanfaatkan LRS. Yang pertama saya lakukan adalah mendownload hasil interpretasi
trase dalam format KMZ, saya buka di ArcGIS, kemudian saya konversi ke SHP/Feature
Class, dan transformasi koordinat ke UTM. Hasilnya seperti dibawah ini.
Kemudian dari data tabel jarak
antar stasiun, saya sedikit format ulang menjadi seperti di bawah ini. Ada kolom
jarak dalam satuan kilometer dan meter, yang akan saya gunakan adalah yang
meter (menyesuaikan dengan unit UTM yang meter).
Nah sekarang kita masuk ke sesi
linear referencingnya. Untuk pertama, kita buat route measurementnya dulu
menggunakan data trase jalur kereta api, Tool untuk membuat route-nya ada di
ArcToolbox, tepatnya yang ini.
Konfigurasinya adalah sebagai berikut
Sebagai input adalah polyline jalur kereta, identifiernya
adalah nama jalur, measure sourcenya karena saya mau menggunakan jarak dari layer
jalur kereta yang saya gunakan, saya memilih LENGTH. Kalau anda mau menggukan
unit lain untuk aplikasi lain, nanti bisa pake Measure Source TWO FIELDS, dan
anda dapat menspesifikasi nilai awal pengukuran dan nilai akhir pengukuran
dalam field terpisah dan tersimpan di atribut table polyline layernya.
Untuk seting COORDINATE PRIORITY, karena saya
menggunakan LENGTH harus didefinisikan secara manual. Pilihannya ada UPPERLEFT,
BOTTOMLEFT, UPPERRIGHT, dan BOTTOMRIGHT, saya menggunakan UPPERRIGHT karena
titik awal pengukuran (Cirebon) lebih dekat dengan batas koordinat UPPERRIGHT.
Lihat gambar di bawah.
Klik OK, ArcMap akan menggenerate Route
berdasarkan hasil konfigurasi yang kita pilih. Hasilnya adalah layer route yang
sama persis dengan layer trase, hanya dimensinya sekarang ada tambahan M (ZM)
sementara layer asal hanya Z saja.
Selanjutnya, saya akan petakan lokasi stasiun
berdasarkan jarak. Tabel jarak yang sudah saya format ulang saya panggil di
ArcMap, kemudian dari ArcToolbox saya buka Tool di bawah ini.
1.
Konfigurasinya seperti gambar di bawah ini.
Untuk input adalah route hasil langkah
sebelumnya, dengan route identifier adalah kolom name, kemudian input event
tablenya adalah tabel jarak, dengan route identifier adalah kolom ID, untuk
kolom name dan kolom ID kontennya harus sama ya (sama kayak kita melakukan join
table), supaya tidak salah ngukur arcgisnya. Event Typenya adalah POINT, dengan
Measure Fieldnya adalah kolom Jarak meter. Tentukan lokasi output, dan Klik OK.
Stasiun – stasiun di Jalur Kereta Api Cirebon –
Kadipaten akan terplot sesuai dengan Jaraknya.
Demikian kulgram saya, semoga bermanfaat, intinya
mah ploting tidak selalui harus berbasis koordinat yah. Dan LRS ini tidak hanya
terimplement di ArcGIS saja, di QGIS juga ada kok, jangan khawatir. Apapun minumannya,
ingatlah untuk selalu berbakti pada “orang tua”, terimakasih, Good evening and
happy learning GIS kawan kawan.
Comments
Post a Comment